Dua tahun lalu,saat sebingkai senyummu masuk menembus retinaku,dua tahun lalu,saat saat aku menemukanmu diantara ketidak yakinan.
Pada sebuah ketidaksengajaan,kita di pertemukan lewat sebuah hal sederhana yang sekarang menyakitkan.Aku tak pernah berfikir rasaku akan tumbuh secepat ini,aku tak pernah menduga cerita kita jadi serumit ini.Mengapa aku harus menatap senyummu pagi itu?Kenapa bukan senyum dari sosok lain?Kenapa harus KAU yang aku cintai hingga detik ini?Kenapa harus kau yang sejatinya aku cinta,menjadi amat sangat menyakitkan?
Selepas pertemuan dua tahun lalu,aku tak bisa melewatkanmu dalam khayalku barang sedetik saja,cinta yang sedari dulu mati,bagai menemukan kehidupan kedua.Aku selalu bercerita tentangmu pada senjaku,pada untaian doa ku,pada paragraf sendu yang aku tuliskan.Hingga suatu senja,kau dan aku bercerita tentang sebuah cinta.
Namun apakah kau tahu,selepas senja itu semua tentangmu jadi hal yang amat sangat menyakitkan,mengapa kau harus mencintai dia?kenapa tak coba mencintai aku?Aku bisa mencintaimu lebih dari yang dia lakukan,kau tahu,segala repetisi dan angan yang ku bangun menjulang telah hancur begitu saja,kau tahu,ternyata bergelut dengan kehampaan itu amat memilukan.
Sekarang menatap senyummu tak lagi nyaman bagai biasa,sekarang senyummu menikam diantara rongga dada yang sempat menggetarkan rasa.Aku lagi lagi tersakiti,kenapa aku tak memangkas rasa ini sedari dulu?kenapa aku tetap membiarkannya merambat memenuhi fikiranku?Apakah cinta harus selalu menyakitkan?Hingga kemudian aku tak mempercayainya,lalu ia hadir dengan wajah baru,dengan kehampaan baru,apakah demikian?
Sudahlah,tak usah lagi beri aku harapan,tak usah lagi hadir dengan kebohongan yang kau bingkis dengan kehampaan.Sekarang aku akan angkat kaki,untuk apa aku harus bermukim bersama rasa yang tak diinginkan,untuk apa aku harus selalu mengikuti kata hati yang mengarah kepada ilusi?Jangan risau akan aku,sedikit kebohongan ini sudah bisa ku jadikan bekal,jangan lagi kau tanya aku hendak kemana,aku akan pergi kemanapun,dan hatimu tak lagi jadi tujuan.
Terima kasih untuk pahit yang kau balaskan pada ketulusan yang setiap hari aku kirimkan,berbahagialah,tertawalah di poros sana,biar aku menepi.
Sebelum tulisan ini ku akhiri,aku ingin menanyakan satu hal,dan kapanpun kau membaca tulisanku,kuharap kau bisa temukan jawabannya,KENAPA KAU HARUS PURA PURA MENCINTAI AKU? Apakah menurutmu itu bisa jadi solusi?jika memang tak cinta ungkapkan saja,jangan biarkan orang yang mencintaimu bergembira diatas kehampaan,sebab apa?lebih baik jujur dan menyakitkan,daripada harus pura pura membahagiakan dengan kebohongan,lalu pergi bersama ke egoisan.
Aku tahu,tak semua yang kita ingin bisa kita dapatkan,tapi apakah semesta cukup adil,membalas ketulusan dengan sebuah kebohongan? Harus berapa kali lagi aku berlabuh pada cinta yang salah sebelum di berhentikan pada cinta yang sesungguhnya?
-KAU HARUS TAHU SATU HAL,APA SAJA YANG BERLATARKAN KEBOHONGAN AKAN TETAP MENYAKITKAN,SEKALIPUN KAU BINGKIS IA DENGAN BERLIAN-
Untuk sebuah cinta yang tak diinginkan,untuk sebuah bahagia semu yang kau torehkan.
Malam ini,dibawah hujan air mata,aku menulismu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
MEMERDEKAKAN LUKA
Bagaimana kabarmu setelah semua ini kita akhiri,apakah lebih baik atau justru lebih buruk?Perlahan lahan aku menanggalkan kenangan yang ter...
-
Pada fase fase tertentu di hidupmu,saat kau merasa cinta tak lagi memilihmu,saat kau merasa tak ada lagi yang pantas kau perjuangkan,saat ka...
-
Sore tadi aku jadi pengecut paling pengecut sedunia,pasalnya tak sebait kata pun bisa kuucap,kau tampak sempurna dengan balutan hijab biru i...
-
Seingatku beberapa tahun silam tepat pada hari rabu di bulan juni saat kau dan aku tengah terjebak obrolan mesra di sebuah taman kota, diba...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar